
 
Berada di tepi jalan nasional Jalan Raya Tlogomas Kec. Dau Kab. 
Malang yang menjadi akses mobilitas semua kendaraan dari dan ke Kota 
Wisata Batu (KWB) menuju Kota Malang, Kampus III Universitas 
Muhammadiyah Malang terimbas kemacetan tak terkira. Setiap hari, 
sepanjang tahun. Terutama saat jam sibuk, pagi di hari kerja dan paling 
parah terjadi ketika akhir pekan, Sabtu-Minggu, saat pelancong domestik 
dan mancanegara menikmati berbagai destinasi wisata di KWB dan Malang 
 Raya. Jalan dua arah selebar sekitar 8 m itu seolah tak mampu menampung
 beban mobilitas kendaraan. Titik yang berpotensi padat hingga macet 
kian menyebar. Mulai dari Simpang Terminal Landungsari (berjarak 250 m 
dari Kampus III UMM), Eks Pasar Dinoyo di Jl Mayjend MT Haryono yang 
sejak tahun lalu dibangun mall, Simpang 3 Jl Mayjend MT Haryono-Jl 
Gajayana hingga Simpang Empat Jl Mayjend MT Haryono-Jembatan Jl Soekarno
 Hatta-Jl Mayjend Pandjaitan dan seterusnya. Warga Malang  Raya (Arema),
 atau yang pernah kuliah di Malang dan pelancong di Jatim pernah 
merasakannya.  
 
Fenomena kemacetan tak hanya lekat dengan Jakarta. Surabaya dan 
Malang, kota terbesar kedua dan ketiga di Jatim, kini telah tertular 
“virus” yang dihasilkan oleh industri otomotif nasional. Pertumbuhan 
ekonomi yang menjadikan Malang sebagai Kota Pendidikan telah menjadikan 
warga terpaksa kudu mengakrabi kemacetan. Bayangkan, UMM saja punya 31 
ribu mahasiswa dan 1.100 karyawan serta dosen! Mereka tersebar di kampus
 1 Jl Bandung, Kampus 2 Jl Bendungan Sutami dan Kampus 3 Jl Raya 
Tlogomas. ‘’Kemacetan setiap hari di sekitar Kampus 3 Jl Raya Tlogomas 
sudah sangat parah, butuh langkah extraordinary,’’ ungkap Rektor UMM, 
DR. Muhadjir Effendy.  
Doktor sosiologi militer ini pun memutar otak untuk mengurai 
kemacetan di sekitar Kampus 3 UMM yang memiliki luas lahan hingga 52 ha 
tersebut. Upaya merancang moda transportasi di dalam kampus pun digagas.
 Mulai dari pengadaan mobil shuttle di dalam kampus, pembangunan tempat 
parkit kendaraan di batas luar kampus hingga pengadaan 350 sepeda untuk 
warga kampus 3 UMM serta tempat parkirnya.
Sabtu (16/11) kemarin, perubahan itu mulai dijalankan. Program UMM Go
 Green n Clean dimulai dengan aksi funbike bersama warga kampus. Kawasan
 berjuluk Kampus Putih; Dari Muhammadiyah untuk Bangsa itu memulai aksi 
bersepeda. ‘’Untuk UMM Go Green n Clean, kita komitmen untuk 
investasikan dana sekitar Rp 2 miliar. Pengadaan 350 unit sepeda untuk 
warga kampus ini adalah salah satu buktinya,’’ beber rektor kelima UMM 
yang menggantikan Prof. Malik Fadjar ini.
Tahun depan, pengadaan sepeda akan dilanjutkan hingga mencapai 2 ribu
 unit. Sehingga, warga kampus atau tamu di Kampus 3 UMM nantinya bisa 
menikmati UMM Go Green n Clean dan shuttle car yang menghubungkan 
beberapa destinasi, secara gratis. Mulai dari gerbang utama, Masjid AR 
Fachrudin, Dome UMM, Gedung Kuliah Bersama (GKB), Stadion UMM, Lab 
Pertanian, Perpustakaan, Kantin, Student Center, Aula BAU, Taman Helipad
 hingga Kolam Taman. ’’Rekayasa sosial telah dimulai. Tentu, masih 
banyak PR yang perlu dibenahi,’’ tandas Muhadjir, pria kelahiran Madiun 
57 tahun silam ini. (jalal) 
sumber:  http://b2w-indonesia.or.id/bacanote/kampus_umm_bergowes_8